Muhammad Alauddin

Selasa, 01 Oktober 2013

psikotropika_muhammad_alauddin_



BAB  I
PENDAHULUAN
1.1.            Latar Belakang Masalah
       Di dalam negara yang berkembang terdapat modernisasi sebagai proses kemajuan hidup manusia dengan ditandai perubahan-perubahan yang terjadi disegala aspek kehidupan. Era modernisasii yang bergerak begitu cepat dan penuh tekanan menyebabkan banyaknya orang yang mencari cara untuk menghindar dari tekanan-tekanan tersebut,dimana Indonesia terdiri dari berbagai suku, ras, agama, dan budaya. Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan pengaruh budaya luar yang datang ke Indonesia mengakibatkan munculnya budaya baru di Indonesia, dimana budaya yang mampu membuat para remaja menuju hal yang negative.Banyak dari mereka yang akhirnya terlibat dalam pergaulan tidak sehat. Ditambah lagi, era globalisasi seperti saat ini mempengaruhi dan bahkan membuat nilai-nilai moral dalam kehidupan menjadi kurang diperhatikan lagi. Pergaulan bebas yang tidak sehat dapat mengarah ke banyak hal yang tidak baik , salah satunya adalah narkoba. Selain itu, faktor lainnya yaitu tidak adanya atau kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai efek samping atau akibat yang dapat ditimbulkan dari penggunaan obat terlarang tersebut.Perubahan budaya yang terjadi mengakibatkan norma-norma yang berlaku dimasyarakat Indonesia cenderung dilupakan.Dan nilai agama cenderung disisihkan.Para remaja yang terjebak kepergaulan yang rusak tersebut umumnya disebabkan oleh keluarga yang hancur dan kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Tetapi sekarang ini banyak para remaja yang terjerumus berasal dari keluarga yang harmonis. Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda dewasa ini kian meningkat. Maraknya penyimpangan perilaku generasi muda tersebut, dapat membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini di kemudian hari. Karena pemuda sebagai generasi yang diharapkan menjadi penerus bangsa, semakin hari semakin rapuh digerogoti zat-zat adiktif penghancur syaraf. Sehingga pemuda tersebut tidak dapat berpikir jernih. Akibatnya, generasi harapan bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan. Sasaran dari penyebaran narkoba ini adalah kaum muda atau remaja.
1.2.            Rumusan Masalah
1.      Apa itu syaraf pusat ?
2.      Apa saja klasifikasi syaraf pusat ?
3.      Bagaimana cara kerja syaraf pusat ?
4.      Apa itu psikotropik ?
5.      Apa dampak penggunaan psikotrofik ?
6.      Apa itu neuroleptik ?
7.      Apa itu dampak penggunaan psikotropis dan neuroleptik terhadap syaraf pusat?

1.3.            Tujuan
2.      Mengerahui pengertian sistem syaraf pusat ?
3.      Mengetahui  klasifikasi syaraf pusat ?
4.      Mengetahui  cara kerja syaraf pusat ?
5.      Mengetahui defenisi psikotropik ?
6.      Mengetahui  dampak penggunaan psikotrofik ?
7.      Mengetahui pengertian neuroleptik ?
8.      Mengetahui dampak penggunaan psikotropis dan neuroleptik terhadap syaraf pusat?

1.4.          Manfaat Penulisan
  Untuk mendapatkan pengetahuan tentang pengaruh syaraf pusat terhadap pemberian psikotropika dan neuroleptik serta bahaya penggunaan psikotropika dan neuroleptik dalam bidang social, ekonomi, budaya serta masyarakat.   
 
1.5.        Metode Penulisan
  Dalam menyusun karya tulis ini, penulis menggunakan beberapa metode. Hal ini   dimaksudkan untuk memperoleh teori yang diajarkan pada buku-buku yang berkaitan dengan penulisan karya tulis serta mencari sumber-sumber yang ada pada buku referensi.
Adapun dalam pegolahan data, metode yang dipakai adalah sebagai berikut:
1.       Studi Kepustakaan
       Mengambil pengertian dari buku yang sudah ada, dengan harapan karya tulis ini tidak menyimpang dari pengertian yang sudah ada sebelumnya.

2.      Metode Analisis Data
       Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan metode studi kepustakaan. Yaitu, mengambil pengertian dari buku yang sudah ada dan mengambil data dari internet untuk memperoleh data yang relevan. Dengan harapan karya tulis ini tidak menyimpang dari pengertian yang sudah ada sebelumnya.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.            Definisi Sistem Saraf Pusat
Susunan saraf pusat berkaitan dengan sistem saraf manusia yang merupakan suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Fungsi sistem saraf antara lain : mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya.
Stimulan sistem saraf pusat (SSP) adalah obat yang dapat merangsang serebrum medula dan sumsum tulang belakang. Stimulasi daerah korteks otak-depan oleh se-nyawa stimulan SSP akan meningkatkan kewaspadaan, pengurangan kelelahan pikiran dan semangat bertambah. Contoh senyawa stimulan SSP yaitu kafein dan amfetamin
Sistem saraf dapat dibagi menjadi sistem saraf pusat atau sentral dan sistem saraf tepi (SST). Pada sistem syaraf pusat, rangsang seperti sakit, panas, rasa, cahaya, dan suara mula-mula diterima oleh reseptor, kemudian dilanjutkan ke otak dan sumsum tulang belakang. Rasa sakit disebabkan oleh perangsangan rasa sakit diotak besar. Sedangkan analgetik narkotik menekan reaksi emosional yang ditimbulkan rasa sakit tersebut. Sistem syaraf pusat dapat ditekan seluruhnya oleh penekan saraf pusat yang tidak spesifik, misalnya sedatif hipnotik. Obat yang dapat merangsang SSP disebut analeptika.
Obat – obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat berdasarkan efek farmakodinamiknya dibagi atas dua golongan besar yaitu :
Ø  merangsang atau menstimulasi yang secara langsung maupun tidak langsung merangsang aktivitas otak, sumsum tulang belakang beserta syarafnya.
Ø  menghambat atau mendepresi, yang secara langsung maupun tidak lansung memblokir proses proses tertentu pada aktivitas otak, sumsum tulang belakang dan saraf- sarafnya.
Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat memperlihatkan efek yang sangat luas (merangsang atau menghambat secara spesifik atau secara umum). Kelompok obat memperlihatkan selektifitas yang jelas misalnya analgesik antipiretik khusus mempengaruhi pusat pengatur suhu pusat nyeri tanpa pengaruh jelas.

2.2.             Klasifikasi Sistem Saraf Pusat
Susunan sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom. mempunyai 3 materi esensial yaitu:
v  Badan sel yang membentuk bagian materi kelabu
v  Serabut saraf yang membentuk bagian materi putih
v  Sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam sistem saraf pusat
       Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih.
1.      Sistem Saraf Pusat
       Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (Medula spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan
a.       Otak
       Otak terdiri dari dua belahan, belahan kiri mengendalikan tubuh bagian kanan, belahan kanan mengendalikan belahan kiri. Mempunyai permukaan yang berlipat-lipat untuk memperluas permukaan sehingga dapat ditempati oleh banyak saraf. Otak juga sebagai pusat penglihatan, pendengaran, kecerdasan, ingatan, kesadaran, dan kemauan. Bagian dalamnya berwarna putih berisi serabut saraf, bagian luarnya berwarna kelabu berisi banyak badan sel saraf. Otak terdiri dari 3 bagian, yaitu
v  Otak depan (Prosoncephalon)
       Otak depan berkembang menjadi telencephalon dan diencephalon. Telencephalon berkembang menjadi otak besar (Cerebrum). Diencephalon berkembang menjadi thalamus, hipotamus.
v  Otak besar (Cerebrum)
        Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental, yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks otak besar yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang.
thalamus terdiri dari sejumlah pusat syaraf dan berfungsi sebagai “tempat penerimaan untuk sementara” sensor data dan sinyal-sinyal motorik, contohnya untuk pengiriman data dari mata dan telinga menuju bagian yang tepat dalam korteks.
hypothalamus berfungsi untuk mengatur nafsu makan dan syahwat dan mengatur kepentingan biologis lainnya.
v  Otak tengah (Mesencephalon)
       Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran. Otak tengah tidak berkembang dan tetap menjadi otak tengah.

v  Otak belakang (Rhombencephalon)
       Otak belakang berkembang menjadi metencephalon dan mielencephalon. Metencephalon berkembang menjadi cerebellum dan pons varolli. Sedangkan mielencephalon berkembang menjadi medulla oblongata.
v  Otak kecil (serebelum)
       Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.
v  Sumsum sambung (medulla oblongata)
       Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga memengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.
v  Jembatan varol (pons varoli)
       Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.


b.      Sumsum tulang belakang (medula spinalis)
       Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian luar berwarna putih, sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna kelabu. Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut tanduk ventral. Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk ke sumsum tulang belakang melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum tulang belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan menghantarkannya ke saraf motor.




2.      Sistem Saraf Perifer
       Sistem saraf perifer adalah saraf-saraf yang berada di luar sistem saraf pusat (otak dan sumsum ulang belakang). Sistem saraf perifer merupakan saraf yang menyebar pada seluruh bagian tubuh yang melayani organ-organ tubuh tertentu,seperti kulit, persendian, otot, kelenjar, saluran darah dan lain-lain. Tidak seperti sistem saraf pusat, sistem saraf perifer tidak dilindungi tulang. Sistem saraf perifer disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang (saraf spinal), yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang.

v  Saraf sensoris (saraf aferen)
Saraf sensoris disebut juga sel saraf indera, karena berfungsi membawa rangsangan (impuls) dari indera ke saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang)
v  Saraf motoris (saraf eferen)
Saraf motoris berfungsi membawa rangsangan (impuls) dari pusat saraf ke otot atau kelenjar berupa respon.
v  Saraf  Volunter/Somatik (disadari)
      Yaitu sistem saraf yang mengatur segala gerakan yang dilakukan secara sadar atau dibawah koordinasi saraf pusat atau otak. Berdasarkan asalnya sistem saraf sadar dibedakan menjadi dua yaitu: sistem saraf kepala (cranial) dan sistem saraf tulang belakang (spinal).
v  Sistem Saraf Involunter/Otonom (Tidak Disadari)
Sistem saraf otonom mempunyai peran dalam mengendalikan tubuh yang tidak kita sadari, seperti denyut jantung, gerakan-gerakan pada saluran pencernaan, sekresi enzim dan keringat.
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion.
Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu. Sistem saraf simpatetik dan parasimpatetik mempunyai efek yang berlawanan (antagonis). System saraf parasimpatetik : memperlambat denyut jantung, menurunkan tekanan darah mempercepat gerakan-gerakan usus serta sekresi kelenjar. Sementara system saraf simpatetik kebalikannya.

2.3.            Ara kerja system syaraf
Jaringan saraf terdiri dari 3 komponen yang mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda, yaitu sel saraf (neuron) yang mampu menghantarkan impuls, sel Schwann yang merupakan pembungkus kebanyakan akson dari sistem saraf perifir dan sel penyokong (neuroglia) yang merupakan sel yang terdapat diantara neuron dari sistem saaf pusat. Oleh karena itu saraf dari sistem saraf perifiritu di bangun oleh neuron dan sel schwann, sedangkan traktus yang terdapat diotak dan susm-sum tulang belakang dibentuk oleh neuron dan neuroglia.Untuk mengetahui perubahan-perubahan listrik didalam saraf, perlu diketahui dulu sifat-sifat akson. Akson dari kebanyakan hewan mamalia umumnya relatif kecil, untuk itu didalam percobaan digunakan akson raksasa yang terdapat pada hewan invertebrat seperti cumi-cumi dan gurita. Berbagai bangunan yang dapat ditemukan dalam sistem saraf hewan yaitu otak, serabut saraf, plektus, dan ganglia. Serabut saraf yaitu kumpulan akson dari sejumlah sel saraf baik sejenis maupun tidak sejenis. Contoh serabut yang sejenis adalah serabut eferen, serabut campuran contohnya adalah campuran antara sejumlah akson dari sel saraf motorik dan sensorik. Apabila rangsangan dengan kekuatan tertentu diberikan kepada membran sels araf, membran akan mengalami perubahan elektrokimia dan perubahan fisiologis. Perubahan tersebut berkaitan dengan adanya perubahan permeabilitas membran yang menyebabkan terjadinya permiabel tehadap Na+ dan sangat kurang permiabel terhadap K+.

Depolarisasi yang timbul hanya pada bagian yang dirangsang dinamakan depolarisasi lokal. Pada bagian tersebut terbentuk arus lokal. Apabila rangsangan yang diberi cukup kuat, arus lokal yang timbul pada membran yang terdepolarisasiakan merangsang membran disebelahnya yang masih dalam keadaan istirahat, sehingga sebagian membran tersebut akan ikut terdepolarisasi. Peristiwa ini menunjukkan penjalaran impuls. Depolarisasi adalah nilai potensial aksi yang terjadi
akibat adanya rangsangan. Bagian otak depan terakhir adalah telensefalon, telah mengalami perubahan sangat besar selama evolusi vertebrata. Pada ikan dan amphibi, telensefalon lebih dari sekedar suatu penciuman, tapi dapat juga menerima input dari bulbus olfaktori. Suatu refleks adalah setiap respon yang terjadi secara otomatis tanpa disadari.

Terdapat dua macam refleks:
v  Refleks sederhana atau refleks dasar,
       Yang menyatu tanpa dipelajari, misalnya refleks menutup mata bila ada benda yang menuju ke mata.
v  Refleks yang dipelajari, atau refleks kondisiskan
       Yang dihasilakan dengan belajar. Rangkaian jalur saraf yang terlibat dalam aktifitas refleks disebut lengkung refleks, yang terdiri atas lima komponen dasar:
i)        reseptor
ii)      saraf eferen
iii)    pusatpengintegrasi
iv)    saraf eferen
v)      efektor.

2.4.            Psikotropik
       Psikotropika merupakan suatu zat atau obat yang dapat berpengaruh pada pikiran dan sistem saraf penggunanya. Psikotropika ini dapat diperoleh secara alamiah ataupun buatan manusia (sintetik) yang sifatnya psikoaktif dan berpengaruh pada susunan saraf pusat sehingga menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku.
        Psikotropika dapat menurunkan kinerja otak atau merangsang susunan syaraf pusat sehingga menimbulkan kelainan perilaku yang disertai dengan timbulnya halusinasi, ilusi, gangguan cara berpikir, dan menyebabkan ketergantungan. Penggunaan psikotropika secara berlebihan dapat menyebabkan gangguan kesehatan penggunanya yang pada akhirnya dapat berujung kepada kematian.
v  Obat Stimulan
            Jenis psikotropika yang termasuk obat stimulant dapat memberikan rangsangan kepada syaraf sehingga dapat menimbulkan efek lebih percaya diri. Banyak jenis psikotropika yang termasuk obat stimulan, misalnya kafein, kokain, ganja, dan amfetamin. Zat amfetamin biasanya terdapat pada pil ekstasi.
v  Obat Depresan
       Jenis psikotropika yang termasuk obat depresan dapat memberikan efek, yaitu kerja sistem saraf berkurang, menurunkan kesadaran, dan mengantuk. Jenis zat yang termasuk obat depresan, misalnya alkohol, sedatin atau pil BK, Magadon, Valium, dan Mandrak (MX), Cannabis dan Barbiturat.
v  Obat Halusinogen
      Obat halusinogen merupakan obat yang dapat menimbulkan halusinasi, yaitu mendengar atau melihat sesuatu yang tidak nyata. Contohnya adalah Licercik Acid Dhietilamide (LSD), psylocibine, micraline dan mariyuana.

2.5.            Dampak Penggunaan Psikotropika
       Beberapa dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan zat psikotropika adalah sebagai berikut:
v  Berbagai macam zat narkotika seperti candu, heroin, dan ganja dapat menyebabkan syaraf terganggu dan menimbulkan ketagihan yang pada akhirnya akan berujung kepada kematian.
v  Kokain dapat menimbulkan rasa takut yang berlebihan dan menimbulkan depresi.
v  Morfin menimbulkan rasa ngantuk, gangguan pernapasan, bahagia yang berlebihan (eufhoria), dan kematian.
v  Pil ekstasi menimbulkan rasa lelah dan ketenangan.
v  Barbiturat dapat mengakibatkan mudah tertidur lelap dan dapat menimbulkan kematian.
       Orang yang menggunakan zat psikotropika dapat dikenali dengan memperhatikan ciri-ciri fisiknya, yaitu:
v  Badannya lemas dan tidak bertenaga.
v  Mukanya pucat dan tubuhnya kurus.
v  Tubuh menggigil disertai dengan teriakan histeris.
v  Rambut dan giginya rontok.

2.6.            Neuroleptik
       Antipsikotik atau neuroleptik adalah obat psikotropika yang bekerja mengatasi gejala-gejala gangguan psikotik.  

Penggolangan obat antipsikotik yaitu;
v  Golongan Antipsikotik Tipikal
       Antipsikotik tipikal disebut juga antipsikotik generasi pertama, konvensional, dopamine receptor ontagonist (DA).
v  Golongan Antipsikotik Atiprikal
       Antipsikotik atipikal disebut juga antipsikotik generasi kedua, novel antipsychotics, serotonine-dopamine receptor ontagonist (SDA).
       Efek samping antipsikotik, khususnya pada golongan tipikal meliputi efek samping jangka pendek: gejala-gejala gangguan ekstra-piramidal seperti drug-induced parkinsonion symptoms, akhatisia, distonia akut. Efek samping jangka panjang adalah tardif diskinesia.
       Efek samping ekstra-piramidal pada pemberian antipsikotik dapat diatasi dengan mengurangi dosis antipsikotik, atau dengan mengganti antipsikotik tipikal dengan antipsikotik golongan atipikal.
       Distonia adalah kelainan gerakan dimana kontraksi otot yang terus menerus menyebabkan gerakan berputar dan berulang atau menyebabkan sikap tubuh yang abnormal. Gerakan tersebut tidak disadari dan kadang menimbulkan nyeri, bisa mengenai satu otot, sekelompok otot (misalnya otot lengan, tungkai atau leher) atau seluruh tubuh.

v  lndikasi
ü  Skizofrenia
ü  Gangguan psikotik akut
ü  Gangguanskizoafektif
ü  Gangguan waham
ü  Gangguan afektif bipolar dengan gejala psikotik
ü  Gangguan depresi berat dengan gejala psikotik
ü  Gangguan psikotik akibat kondisi medis umum (Psikotik organik)
ü  Gangguan psikotik akibat penggunaan zat psikoaktif (Napza)
ü  Sindroma tourette
ü  Agresi atau perilaku kekerasan
ü  Delirium
v  Penggolongan
a.       Golongan Antipsikotik Tipikal:
       Antipsikotik tipikal disebut juga antipsikotik generasi pertama, konvensional, dopamine receptor ontagonist (DA). Terdiri dari:
        ü  Antipsikotik tipikal berpotensi rendah (afinitas terhadap reseptor dopamine rendah), contoh:
          §  Klorpromazin
§  Tioridazin
§  Sulpirid
ü  Antipsikotik tipikal berpotensi tinggi, contoh:
§  Haloperidol
§  Perfenazin
§  Flufenazin
§  Trifluperazin
§  Pimozid
v  Petunjuk umum cara pemberian obat antipsikotik tipikal:
       Antipsikotik tipikal bila diberikan per orol rata-rata akan mencapai konsentrasi plasma puncak dalam 1 – 4 jam; bila diberikan melaluisuntikan intra-muskular dalam 30 - 60 menit. Kadar tetap (steady state) dicapai dalam 3 - 5 hari dan waktu paruh rata-rata adalah 24 jam. Rokok, kopi, obat antasida umumnya dapat mengganggu absorbsi obat antipsikotik tipikal.
       Berikan dosis awal antipsikotik dengan dosis minimal yang ditingkatkan secara bertahap (stort low go slow). Penggunaan sediaan antipsikotik tipikal suntikan intra-muskular diindikasikan terutama untuk mengatasi gejala agitasi (gaduh gelisah) pada gangguan psikotik akut, skizofrenia dengan eksaserbasi akut, gangguan putus zat dengan gejala psikotik akut dan delirium.
       Suntikan intra-muskular antipsikotik tipikal sediaan de.po (suntikan jangka panjang) seperti flufenazin dekanoat atau haloperidol dekanoat diberikan secara berkala tiap 2 - 4 minggu.
       Efek samping antipsikotik, khususnya pada golongan tipikal meliputi efek samping jangka pendek: gejala-gejala gangguan ekstra-piramidal seperti drug-induced parkinsonion symptoms, akhatisia, distonia akut. Efek samping jangka panjang adalah tardif diskinesia.
        Efek samping ekstra-piramidal pada pemberian antipsikotik dapat diatasi dengan mengurangi dosis antipsikotik, atau dengan mengganti antipsikotik tipikal dengan antipsikotik golongan atipikal. Dapat juga diberikan obat anti-parkinsonian, obat anti-kolinergik:
        §  Trihexvphenidyl 2 mg tablet, diberikan 2 - 3 kali PO per hari
        §  Diphenhydramine 50 mg PO atau suntikan lM

v  Perhatian Dalam Penggunaan Antipsikotik
1.      Pada penderita gangguan hati
§  makin parah gangguan pada hati maka makin besar risiko toksisitas dan sensitifitas terhadap efek samping, sehingga dosis awal harus rendah.
§  start low go slow
§  monitor pemeriksaan fungsi hati (SGOT, SGPT) secara berkala (mingguan)
2.      Pada penderita gangguan ginjal
§  hati-hati dengan obat antipsikotik yang metabolit aktifnya diekskresikan melalui ginjal
§  start low go slow
§  efek samping cenderung lebih sering terjadi
§  monitor pemeriksaan fungsiginjalsecara berkala (ureum dan kreatinin)
      3.      Pada kondisi hamildan menyusui
§  tidak ada kontra indikasi absolut pemberian antipsikotik bagi ibu hamil dan menyusui
§  diupayakan untuk tidak memberikan antipsikotik terhadap tbu hamil terutama pada trimester pertama, kecuali pada kondisi gangguan jiwa ibu berat
§  obat-obat psikotropika hendaknya dikurangi atau dihentikan beberapa minggu sebelum perkiraan partus
§  semua psikotropika diekskresikan melaluiASl karena itu selalu ada risiko
§  efek samping biasanya terkait dengan dosis yang dipakai, karena itu gunakan dosis efektif minimal
 4.      Pada anak-anak
§  pemberian obat antipsikotik pada anak sebagian besar adalah "off-label pottern". Diberikan harus atas indikasi yang tepat dengan pengawasan penggunaan obat yang ketat
§  penggunaan antipsikotik pada anak tidak selalu menguntungkan karena anak sedang dalam perkembangan yang cepat dalam aspek biologi otak, fisiologik, kognitif, emosional dan sosial.
5.      Pada lanjut usia
§  Perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik pada lanjut usia meningkatkan sensitivitas terhadap obat antipsikotik, lebih mudah mengalami efek samping (terutama efek kardiak), lebih lambat memetabolisme dan mengekresi obat
§  start low go slow
§  hindari pemakaian obat antipsikotik yang menyebabkan hipotensi dan sedasi
§  Dilema etik adalah kapasitas lansia dengan penurunan fungsi kognitif dalam memberi informed consent.

2.7.            Dampak Pengunaan Psikotropik dan Neuroleptik Terhadap Syaraf Pusat
Pengaruh Narkoba pada seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang.
Penggunaan obat-obatan ini memiliki pengaruh terhadap kerja sistem saraf, misalnya hilangnya koordinasi tubuh, karena di dalam tubuh pemakai, kekurangan dopamin. Dopamin merupakan neurotransmitter yang terdapat di otak dan berperan penting dalam merambatkan impuls saraf ke sel saraf lainnya. Hal ini menyebabkan dopamin tidak dihasilkan. Apabila impuls saraf sampai pada bongkol sinapsis, maka gelembung-gelembung sinapsis akan mendekati membran presinapsis. Namun karena dopamin tidak dihasilkan, neurotransmitte tidak dapat melepaskan isinya ke celah sinapsis sehingga impuls saraf yang dibawa tidak dapat menyebrang ke membran post sinapsis. Kondisi tersebut menyebabkan tidak terjadinya depolarisasi pada membran post sinapsis dan tidak terjadi potensial kerja karena impuls saraf tidak bisa merambat ke sel saraf berikutnya. Pengaruh lainnya yaitu merusak organ-organ tubuh terutama otak, dan syaraf yang mengatur pernafasan. Banyak yang meninggal karena sesak nafas, dan tiba-tiba berhenti bernafas karena saraf yang mengendalikan pernafasan sudah rusak dan tidak ada lagi instruksi untuk bernafas, sehingga pernafasannya putus atau berhenti, paranoid, otak sulit digunakan untuk berpikir dan konsentrasi, nafsu makan menurun, memiliki rasa gembira yang berlebihan, denyut jantung cepat, Pupil mata melebar, Tekanan darah meningkat, berkeringat atau merasa dingin, sering mual atau muntah. Gangguan  detak jantung, perdarahan otak, Hiperpireksia atau syok pada pembuluh darah jantung yang berakibat meninggal.
       Hampir semua obat adiktif, secara langsung atau tidak langsung, menyerangsistem imbalan otak dengan membanjiri sirkuit dengan dopamin. Akibatnya, dampak kimia di sirkuit pahala berkurang, mengurangikemampuan pelaku untuk menikmati hal-hal yang sebelumnya membawa kesenangan. Penurunan ini memaksa mereka kecanduan dopamin untuk meningkatkan konsumsi obat dalam rangka upaya untuk membawa hormon "merasa-baik" mereka ke tingkat normal, efek yang dikenal sebagai toleransi. Pengembangan toleransi dopamine akhirnya dapat mengakibatkan perubahan mendasar dalam neuron dan sirkuit otak, dengan potensi untuk sangat membahayakan kesehatan jangka panjang dari otak.
       Sebagai orang yang berkembang menjadi ketergantungan obat, ia memasuki keadaan allostatic baru, yang didefinisikan sebagai perbedaan dari tingkat normal perubahan yang bertahan dalam keadaan kronis. Kecanduan obat-obatan dapat menyebabkan kerusakan otak dan tubuh sebagai suatu organisme memasuki keadaan patologis.
       Setelah seseorang telah beralih dari penggunaan obat untuk kecanduan, perilaku menjadi benar-benar diarahkan mencari obat, meskipun pecandu laporan euforia ini tidak intens seperti dulu. Meskipun tindakan yang berbeda selama penggunaan obat akut, jalur akhir dari kecanduan adalah sama. Aspek lain dari kecanduan narkoba merupakan respon menurun menjadi rangsangan biologis normal, seperti makanan, seks, dan interaksi sosial. Melalui pencitraan otak fungsional pasien kecanduan kokain, para ilmuwan telah mampu memvisualisasikan aktivitas metaboli meningkat pada cingulate anterior dan korteks orbitofrontal (daerah korteks prefrontal) di otak subjek tersebut. Hiperaktifitas daerah ini dari otak pada subyek kecanduan terlibat dalam motivasi lebih intens untuk menemukan obat daripada mencari manfaat alami, serta kemampuan pecandu menurun untuk mengatasi dorongan ini. Brain imaging juga telah menunjukkan kecanduan kokain-subyek mengalami penurunan aktivitas, dibandingkan non-pecandu, di korteks prefrontal.
       Dampak lain dari zat psikotropik dan neuroleptik memiliki beberapa dampak penggunaan oleh manusia yang dapat dibagi menjadi 3,yaitu dampak kesehatan,dampak sosial,dan dampak ekonomi.
v  Dampak kesehatan
Dampak kesehatan akibat penggunaan zat adiktif dan psikotropika.
1.        Mengurangi kemampuan darah dalam menyimpan oksigen karena zat ini mengandung racun yang berbahaya.
2.        Mengakibatkan kanker.
3.        Menyebabkan kesulitan dalam bernapas.
4.        Penurunan daya ingat.
5.        kerusakan hati/kanker hati.
6.        menimbulkan rasa kesibukan (rushing sensation).
7.        Menimbulkan semangat.
8.        Merasa waktu berjalan lambat.
9.        Pusing,kehilangan keseimbangan tubuh/ mabuk.
10.    Timbul masalah kulit di sekitar mulut dan hidung.
11.    Menimbulkan euphoria.
12.    Mual,muntah,sulit buang air besar.
13.    Kebingungan (konfusi).
14.    Berkeringat.
15.    Pingsan dan jantung berdebar-debar.
16.    Gelisah dan berubah suasana hati.
17.    Denyut nadi melambat.
18.    Tekana darah menurun.
19.    Otot-otot menjadi lemah.
20.    Pupil mengecil dan gangguan penglihatan.
21.    Mengurangi bahkan menghilangkan kepercayaan diri.
22.    Banyak bicara.
23.    Gangguan kebiasaan tidur..
24.    Gigi rapuh,gusi menyusut karena kekurangan kalsium.
25.    Tekanan darah meningkat.
v  Dampak sosial
       Dampak sosial yang dapat ditimbulkan akibat penggunaan zat adiktif dan psikotropika oleh manusia.
1.        Susah dalam bersosialisasi.
2.        Tidak percaya diri.
3.        Sulit pengendalian diri.
4.        Susah menyambung pembicaraan.
5.        Berpikiran negatif pada diri sendiri.
6.        Bergembira secara berlebihan.
7.        Lebih banyak berdiam diri.
8.        Dikucilkan dalam masyarakat dan pergaulan orang baik-baik. Selain itu biasanya tukang candu narkoba akan bersikap anti sosial.
keluarga akan malu besar karena punya anggota keluarga yang memakai zat terlarang.
9.        .Kesempatan belajar hilang dan mungkin dapat dikeluarkan dari sekolah atau perguruan tinggi alias DO / drop out.
10.    .Tidak dipercaya lagi oleh orang lain karena umumnya pecandu narkoba akan gemar berbohong dan melakukan tindak kriminal.
11.    Dosa akan terus bertambah karena lupa akan kewajiban Tuhan serta menjalani kehidupan yang dilarang oleh ajaran agamanya.
12.    Bisa dijebloskan ke dalam tembok derita / penjara yang sangat menyiksa lahir batin..
13.    Mendorong pemakainya untuk melakukan tindak kriminal karena harganya mahal dan sudah ketergantungan terhadap obat itu,sehingga pemakai akan memaksakan diri untuk mengkonsumsi obat itu.
v  Dampak Ekonomi
       Berikut ini beberapa dampak dalam bidang ekonomi akibat dari penggunaan zat adiktif dan zat psikotropika oleh manusia.
1.      Akan banyak uang yang dibutuhkan untuk penyembuhan dan perawatan kesehatan pecandu jika tubuhnya rusak digerogoti zat beracun.
2.      Masalah keuangan. Obat-obatan yang dikonsumsi biasanya mahal.Namun, bila sudah kecanduan maka pengguna akan melakukan apa saja untuk mendapatkannya. Mereka bisa menjual barang pribadi atau mengambil milik orang lain dan keluarga.
3.      Pemakai tidak akan dapat menabung dan memenuhi kebutuhan pokoknya sebagai manusia biasa,karena pemakai akan lebih mementingkan obat itu daripada kebutuhan pokoknya.



BAB III
3.1.    Simpulan
Dari pembahasan diatas penulis paparkan di atas, maka penulis dapat mengambil simpulan sebagai berikut:
1.      Susunan saraf pusat berkaitan dengan sistem saraf manusia yang merupakan suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Fungsi sistem saraf antara lain : mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya.
2.      Psikotropika merupakan suatu zat atau obat yang dapat berpengaruh pada pikiran dan sistem saraf penggunanya.
3.      Antipsikotik atau neuroleptik adalah obat psikotropika yang bekerja mengatasi gejala-gejala gangguan psikotik.  
4.      Dampak penggunaan psikotropika dan neuroleptik siantaranya
a.       Dampak kesehatan
Mengurangi kemampuan darah dalam menyimpan oksigen karena zat ini mengandung racun yang berbahaya, mengakibatkan kanker, menyebabkan kesulitan dalam bernapas, penurunan daya ingat.
b.      Dampak sosial
Susah dalam bersosialisasi, tidak percaya diri, sulit pengendalian diri, susah menyambung pembicaraan, berpikiran negatif pada diri sendiri, bergembira secara berlebihan, dikucilkan dalam masyarakat dan pergaulan orang baik-baik. Selain itu biasanya tukang candu narkoba akan bersikap anti social, keluarga akan malu besar karena punya anggota keluarga yang memakai zat terlarang.
c.       Dampak Ekonomi
Akan banyak uang yang dibutuhkan untuk penyembuhan dan perawatan kesehatan pecandu jika tubuhnya rusak digerogoti zat beracun, masalah keuangan. Obat-obatan yang dikonsumsi biasanya mahal.Namun, bila sudah kecanduan maka pengguna akan melakukan apa saja untuk mendapatkannya, pemakai tidak akan dapat menabung dan memenuhi kebutuhan pokoknya sebagai manusia biasa,karena pemakai akan lebih mementingkan obat itu daripada kebutuhan pokoknya.

      3.2     Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis mempunyai beberapa saran diantaranya yaitu:
1.   Agar pembaca dapat mengenali syaraf pusat dan pengaruhnya terhadap penggunaan psikotropika dan neuroleptik.
2.   Dengan mengerti dampak dari penggunaan psikotropika dan neuroleptik, diharapkan masyarakat dapat menjauhi zat ini bagaimanapun caranya.
3.   Kita harus selalu menjaga kesehatan syaraf pusat kita dimanapun kita berada.
4.   Diharapkan manusia bisa mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah SWT karena telah diberi kesehatan.
3.3     Kata Penutup
Alhamdulillah karya tulis ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa ada hambatan yang berarti. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih terdapat kekurangan. Maka penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan karya tulis ini. Hanya kepada Allah SWT penulis berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.




DAFTAR PUSTAKA
Ø  Anief,Moh.2000. Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada University Press.
Ø  Anief, Moh. 2000. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Katzung,B.G.1997. Farmakologi Dasar dan Klinik, ed IV.Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Ø  Mutschler Ernest. 1991. Dinamika Obat, Buku Ajar Farmakologi & Toksikologi edisi V. Bandung : Penerbit ITB
Ø  Tjay, Tan Hoan,Drs.,Rahardja,Kirana,Drs.2002. Obat-obat Penting. Jakarta :
Gramedia